PEMBUATAN PAKAN
Kegiatan
budidaya ikan sangat bergantung pada ketersedian pakan. Pertumbuhan ikan akan
baik ketika pakan yang diberikan memiliki kandungan nutrisi yang sesuai dengan
kebutuhan ikan yang sedang dibudidayakan. Pembudidaya biasanya menggunakan
pakan komersil dalam bentuk pelet untuk memenuhi kebutuhan nutrisi tersebut. Kegiatan
budidaya yang menggunakan pakan komersil menghabiskan biaya untuk pakan yang
biasanya mencapai 60% dari total biaya produksi dari satu siklus pemeliharaan.
Pakan untuk ikan laut biasanya lebih mahal dari ikan air tawar seperti lele,
nila, dan gurami. Perbedaan harga ini terletak pada kandungan protein yang
lebih tinggi pada pakan komersil ikan laut dibandingkan ikan air tawar. Ikan
laut membutuhkan protein hingga 40% sedangkan ikan tawar dibawah 33%. Formulasi
kandungan protein dalam pakan komersil ini bergantung dari macam-macam bahan
baku yang digunakan seperti tepung ikan, tepung jagung dan tepung bungkil
kedelai. Tepung ikan merupakan penyumbang protein paling tinggi dalam formulasi
pakan komersil (Miranti dan Putra 2019).
Secara
umum, pakan ikan terbagi atas pakan alami dan buatan. Pakan alami tersedia
dalam bentuk hidup dengan kandungan protein tertentu yang disesuaikan dengan
ukuran mulut ikan sementara pakan buatan umumnya diambil dari olahan beberapa
bahan pakan (ekstrak tanaman maupun hewan) yang memenuhi nutrisi yang
diperlukan oleh ikan. Jenis pakan buatan yang umum ditemui adalah dalam bentuk
pelet. Pelet dapat diartikan sebagai material bahan pakan yang dipadatkan dan
dicetak secara mekanis menjadi bulatan kecil sehingga dapat dimakan oleh ikan. Peletisasi
pakan bertujuan untuk meningkatkan densitas bahan baku pakan sehingga dapat
meningkatkan keawetan pakan (Regupathi
et al. 2019). Karakteristik pelet buatan mengacu pada
Standar Nasional Indonesia (SNI) Tahun 2006 tentang standar pakan ternak yaitu
mengandung protein 20-35%, lemak 2-10%, kadar abu. Nutrisi serta struktur pelet
ikan dipengaruhi oleh komposisi dari bahan baku penyusun pakan yang digunakan (Safitri
et al. 2020). Tingkat kehalusan pelet dinilai berdasarkan struktur pelet
yakni halus, sedang, atau kasar (Yunaidi et al. 2019).
Ada
banyak cara dan metode untuk pembuatan pakan ikan. Perbedaan dari cara dan
metode dalam pembuatan pakan ikan ini terletak pada peralatan (mesin) yang
digunakan dan skala produksi atau jumlah pakan ikan yang dihasilkan. Pembuatan
pakan ikan yang dijual di toko-toko penjual pakan ikan dilakukan dengan
menggunakan mesin yang modern dengan skala produksi yang tinggi dan jumlah
pakan yang dihasilkan sangat banyak. Pembuatan pakan ikan untuk memenuhi
kebutuhan dalam proses kegiatan budidaya ikan bisa dilakukan dengan menggunakan
cara dan metode yang sederhana. Penggunaan cara dan metode yang sederhana ini
dengan mempertimbangkan bahwa pakan ikan yang dihasilkan hanya untuk memenuhi
kebutuhan produksi sendiri dan kegiatan pembuatan berlangsung di lokasi budidaya
ikan (Prasetyono dan Syaputra 2016).
Proses
pembuatan pakan ikan buatan menurut terdiri atas tahapan pemilihan bahan baku,
formulasi pakan, penepungan bahan baku, pengayakan bahan baku, penimbangan
bahan baku, pencampuran bahan baku, pencetakan, pengeringan, pengemasan, dan
penyimpanan (Okolie et al. 2019). Pertimbangan yang diperlukan dalam
formulasi pakan adalah kandungan protein bahan pakan. Bahan pakan dikategorikan
menjadi bahan protein basal dengan protein kurang dari 20% dan bahan protein
suplemen dengan protein lebih dari 20% (Rusydi et al. 2022). Pembuatan
pakan biasanya dilakukan dengan cara mencampur langsung bahan perekat dengan
campuran bahan pakan pada saat masih kering. Apabila bahan perekat dipisahkan,
maka bahan tersebut diseduh dengan air mendidih sampai mengental seperti lem
encer dan bahan perekat dicampur dengan bahan-bahan lainnya. Pencampuran bahan
dimulai dengan bahan yang volumenya sedikit sedangkan bahan berupa pasta
dicampurkan paling akhir. Bahan perekat yang dibuat adonan tersendiri akan dicampurkan
paling akhir. Adonan yang masih kurang basah dapat ditambah air sedikit demi
sedikit. Apabila bahan perekat dicampur langsung dengan bahan-bahan lainnya
maka pembuatan adonan dilakukan dengan menambahkan air panas 1/4 berat bahan
baku. Pengadukan dilakukan di atas api kecil dan dilakukan hingga terjadi
perubahan warna. Pencetakan pelet dilakukan setelah adonan dingin menggunakan
pencetak pelet dan akan diperoleh bentuk batangan-batangan yang dipotong-potong
sepanjang 3 cm. Pelet basah yang telah dipotong dijemur hingga kadar airnya
mencapai 10- 20% yang ditandai dengan pelet yang keras dan mudah patah. Pakan
bentuk remah dan tepung dibuat dengan menggiling pelet yang telah kering di
atas dengan mesin penggiling. Ukuran butiran tergantung pada setelan gigi-gigi
penggilas alat penggiling. Tepung kasar dan halus dipisahkan dengan ayakan.
Pakan untuk benih berumur 20-40 hari mengggunakan ayakan dengan mesh size
40-75µm atau 75-105 µm sedangkan untuk benih berumur 40-80 hari menggunakan
ayakan mesh size > 105 µm (Amrullah et al. 2018). Proses pengemasan
pakan meliputi penimbangan, pengemasan, perekatan, pengkodean dan penjahitan.
Pakan yang telah dikeringkan pakan harus segera disimpan agar tidak mengalami
kerusakan atau penurunan mutu. Disimpan dalam karung yang diberi lapisan plastik
pada bagian dalam karung (Kalor dan Paulangan 2017).
Berdasarkan
sifatnya, terdapat dua jenis pakan yaitu pakan ikan tenggelam dan pakan ikan
terapung. Pakan jenis terapung memiliki keunggulan dibandingkan pakan ikan
tenggelam diantaranya kecernaan lebih tinggi, mudah dikontrol jumlah
pemberiannya dan tidak menyebabkan kualitas air kolam menurun, namun dalam
proses pembuatannya pakan terapung lebih komplek dibandingkan pakan tenggelam.
Hal ini disebabkan karena pembuatan pakan terapung diperlukan proses ekstrusi
yang tepat agar pakan bisa membentuk struktur pori sehingga bisa mengapung.
Ekstruder sebagai mesin utama dalam proses ekstrusi harus didesain sedemikian
rupa sehingga mampu menghasilkan pakan ikan terapung yang berkualitas. Mesin
ekstruder yang banyak beredar dikelompok-kelompok budidaya ikan adalah
ekstruder dengan ulir tunggal (single screw), yang sebagian besar sumber
panasnya berasal dari gesekan antara bahan dan selongsong (barrel) dari
ekstruder sedangkan mesin ekstruder jenis ulir ganda (twin screw)
memiliki beberapa kelebihan dibandingkan jenis single screw yaitu proses
gesekan antara bahan dan barrel bisa dikurangi dan pengadukan lebih homogen
(Martin et al. 2019).
DAFTAR
PUSTAKA
Amrullah, Baiduri
MA, Wahidah. 2018. Produksi pakan mandiri untuk budidaya ikan nila di Kabupaten Pangkep. Jurnal Pengabdian Masyarakat Borneo. 2(1):
1-7.
Kalor JD, Paulangan YP. 2017. Pembuatan pakan ikan berbahan
baku lokal dari tepung ikan red devil
Danau Sentani di Kabupaten Jayapura Provinsi Papua. Jurnal Pengabdian Papua.
1(1): 22-25.
Martin A, Osen R, Greiling A, Karbstein HP, Emin A. 2019.
Effect of rapeseed press cake and peel
on the extruder response and physical pellet quality in extruded fish
feed. Aquaculture. 512:
Miranti S, Putra
WKA. 2019. Uji potensi limbah ikan dari pasar tradisional di Kota Tanjungpinang
sebagai bahan baku alternatif
pembuatan pakan untuk budidaya ikan laut. Intek Akuakultur. 3(1): 8-15.
Okolie PC, Chukwujike IC, Chukwuneke JL, Dara JE. 2019.
Design and production of a fish feed pelletizing
machine. Heliyon. 5(6): 1-7.
Prasetiyono E, Syaputra D. 2016. Diseminasi teknologi
pembuatan pakan ikan berbasis bahan baku lokal
dan teknologi aplikatif sederhana sebagai upaya meningkatkan keuntungan bagi pembudidaya ikan di Desa Tua Tunu,
Kota Pangkalpinang. Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Bangka Belitung. 3(2): 26-32.
Regupathi ER, Suriya A, Geethapriya RS. 2019. On studying
different types of pelletizing system for
fish feed. International Journal of Fishiries and Aquatic Studies. 7(2):
187-192.
Rusydi R, Mainisa, Salamah, Riani. 2022. Pemanfaatan
bahan lokal dalam pakan ikan oleh petani tambak
Desa Reuleut Timur, Aceh Utara. Jurnal Pengabdian Masyarakat. 2(3):
108-113.
Safitri NM,
Aminin, Luthfiyah S, Robbah A, Mazida A. 2020. Pembuatan formulasi pakan apung ikan berbahan baku lokal. Jurnal Perikanan Pantura. 3(1): 31-37.
Yunaidi, A.P.
Rahmanta, A. Wibowo. 2019. Aplikasi Pakan Pelet Buatan untuk Peningkatan Produktivitas Budidaya Ikan Air Tawar di
Desa Jerukagung Srumbung Magelang. Jurnal Pemberdayaan:
Publikasi Hasil Pengabdian Kepada Masyarakat. 3(1): 45-54.
Komentar